ukms.or.id – Berwirausaha seringkali diidentikkan orang sebagai jalan untuk mencari kekayaan finansial semata.
Padahal selain identik dengan nilai materi, berwirausaha juga dapat menjadi jalan untuk mewujudkan tujuan sosial seperti membantu orang banyak.
Saat ini sudah banyak pelaku wirausaha yang lebih menitikberatkan bisnis sebagai wadah untuk mengangkat derajat orang banyak alih-alih untuk mencapai tujuan finansial individu.
Salah satu ciri khas dari bisnis dengan visi sosial ini yaitu banyak didirikan di daerah-daerah yang tergolong terbelakang secara ekonomi.
Salah satu wirausahawan sosial yang dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang tersebut adalah Azalea Ayuningtyas bersama dua rekannya, Melia Winata dan Hanna Keraf yang mendirikan UKM Du’anyam di Larantuka, Nusa Tenggara Timur.
Ketiganya telah berhasil memberdayakan lebih dari 450 ibu-ibu untuk meningkatkan penghasilan mereka yang selama ini hanya mencari nafkah dengan berladang.
Melalui tangan para ibu-ibu Larantuka ini, Du’anyam bahkan telah mendapat kehormatan untuk menjadi salah satu pembuat souvenir untuk para peserta Asian Games 2018 yang diadakan di Jakarta dan Palembang kemarin.
Berawal Dari Penelitian
Azalea, sapaan dari Azalea Ayuningtyas merupakan seorang lulusan jurusan kesehatan masyarakat dari Universitas Harvard.
Selama studinya di Amerika Serikat, Azalea banyak meneliti mengenai masalah kesehatan di tanah air termasuk di daerah yang pembangunannya tertinggal seperti Nusa Tenggara Timur.
Dari penelitian yang ditemukan oleh Azalea, Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi dengan angka kematian ibu dan anak tertinggi di Indonesia.
Untuk menunjang penelitiannya, Azalea mengunjungi langsung salah satu wilayah yang ditenggarai memiliki prevalensi kasus tertinggi yaitu di Larantuka.
Di sana ia mendapati fakta bahwa para ibu-ibu di sana kesulitan mengakses layanan kesehatan karena faktor seperti keterbelakangan ekonomi.
Para ibu di sana terpaksa harus bekerja di ladang dengan beban yang berat dengan asupan gizi yang tidak memadai dan penghasilan yang tidak seberapa.
Karena minimnya pendapatan, para ibu tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan akses terhadap layanan kesehatan setempat.
Melihat perlu dilakukannya terobosan segera, Azalea lantas berinisiatif untuk mendorong para ibu-ibu tersebut mendapat penghasilan tambahan melalui wirausaha.
Setelah melakukan penelitian lanjutan, Azalea mendapati bahwa wilayah Larantuka memiliki potensi ekonomi yang belum tergarap betul dalam wujud kerajinan anyaman.
Faktanya, para ibu di sana memang memiliki kemampuan untuk menganyam yang diwariskan secara turun-temurun.
Berangkat dari hal tersebut, Azalea dengan dibantu oleh kedua rekannya Melia dan Hanna mencoba mendirikan usaha anyaman rumahan dengan nama Du’anyam.
Berbisnis Sekaligus Memberdayakan Para Ibu
Berdiri pada tahun 2014, Du’anyam memfokuskan pada bisnis produk-produk handcraft seperti dompet, wadah makanan, dan alat-alat rumah tangga lainnya.
Beberapa barang hasil produksi Du’anyam lainnya yang identik dengan milenial seperti sarung tablet, mouse pad, hingga dompet dengan motif kekinian.
Meski didirikan di Larantuka yang notabene belum terjangkau akses infrastruktur yang memadai, Azalea berhasil membawa Du’anyam menjadi salah satu pemain penting di industri kerajinan Indonesia.
Apalagi Azalea sendiri tidak mempunyai latar belakang berbisnis sebelumnya.
Setiap Bulannya, Du’anyam melayani permintaan pasar berupa 700 pasang sandal anyaman dari pembeli di Jakarta.
Du’anyam sempat mendapat pengakuan sebagai pelopor produk anyaman berorientasi milenial dari beberapa brand fashion yang mewakili milenial muda Indonesia seperti Cottonlink, Contempo, dan Impromptu.
bac juga
- Konsultan Pajak Bali yang Profesional
- e-Form DJP
- Pemajakan atas Gaji Remote Worker Lintas Negara
- Apa Saja Dua Kategori Hak Wajib Pajak yang Perlu Diketahui?
- Era Digital, Pajak Digital!
Du’anyam, UKM Anyaman Pemberdaya Ibu-Ibu Larantuka
Untuk prestasi, Du’anyam berhasil menjadi UKM pertama yang mendapat lisensi sebagai pembuat souvenir bagi perhelatan Asian Games 2018.
Tidak hanya berhasil dari segi bisnis, Du’anyam juga menjadi pemeran penting dalam pemberdayaan para ibu-ibu di Larantuka.
Sejak bergabung ke Du’anyam, banyak para ibu termasuk ibu-ibu hamil yang tidak lagi bekerja di ladang dan menjadi bagian dari kelompok penganyam.
Dari hanya beroperasi di Desa Pontoh di Larantuka, Du’anyam telah berhasil menyebarkan nilai-nilai kewirausahaan bagi lebih dari 500 ibu-ibu yang berasal dari 22 desa di wilayah Flores Timur.
Dari pekerjaan sebagai penganyam tersebut, rata-rata para ibu bisa menambah pendapatan rumah tangga mereka hingga 4 kali lipat dan bisa menyisihkan tabungan mereka untuk ditabung.
baca juga
- Konsultan Pajak Bali yang Profesional
- e-Form DJP
- Pemajakan atas Gaji Remote Worker Lintas Negara
- Apa Saja Dua Kategori Hak Wajib Pajak yang Perlu Diketahui?
- Era Digital, Pajak Digital!
Visi Kedepan
Menjadi motor penggerak pemberdayaan bagi para ibu-ibu di Nusa Tenggara Timur, Azalea bersama dengan tim tetap berkeinginan membawa Du’anyam mencapai tujuan tertinggi dari segi bisnis.
Mereka mencanangkan bahwa pada tahun 2020 mendatang, Du’anyam akan menjadi salah satu top flight brand dalam industri fashion berbasis anyaman bambu.
Selain itu Azalea juga menargetkan akan membawa Du’anyam untuk berekspansi hingga ke seluruh Indonesia.
Untuk target jangka pendek, Azalea menargetkan dapat memberdayakan hingga 2.000 orang Ibu-ibu.
Dalam mewujudkan hal ini, Azalea menerapkan prinsip 3P yang menjadi pedoman umum bagi Du’anyam dalam menjalankan roda organisasi.
Yang dimaksud dengan 3P tersebut antara lain Passion, Patient, dan Persistent yang ditegaskan kembali oleh Melia dalam sebuah acara CEO talks di Jakarta beberapa waktu lalu.
bac ajuga
Mendapat Penghargaan
Sebagai salah satu inisiator sociopreneurship, du’anyam telah banyak mendapat apresiasi dari berbagai pihak.
Du’anyam didaulat sebagai salah satu pelopor Social Enteprise Grant Programe dari DBS Asia.
Dari program ini, du’anyam diganjar dengan uang apresiasi sebesar 250.000 Dollar Singapura yang dapat digunakan untuk pengembangan pasar.
baca juga
- Konsultan Pajak Bali yang Profesional
- e-Form DJP
- Pemajakan atas Gaji Remote Worker Lintas Negara
- Apa Saja Dua Kategori Hak Wajib Pajak yang Perlu Diketahui?
- Era Digital, Pajak Digital!
Selain penghargaan tersebut, Du’anyam juga mendapat Global Social Venture Competition pada tahun 2015 dan Massachussets Institute of Technology IDEAS Global Challenge pada tahun 2014.
Untuk apresiasi produk, Du’anyam berhasil mendapatkan
penghargaan spesial dari ajang INACRAFT pada tahun 2018 untuk kategori Natural
Fibers dan sempat mendapatkan pitch walk
pada ajang
Jakarta Fashion Week.